Bu, pada tapak-tapak yang kian hari kian jauh. pun pada tangan yang semakin hari butuh rengkuh, disini dingin sekali, Bu.
semakin disini, emosi itu kian hilang. tumbuh sendirian, memang.
jika kata orang memang sewajarnya, lantas apa guna kita punya hati dan logika?
berjalan setiap pagi disertai harap dan siap untuk menjalani perjalanan yang kata orang sangat mengerikan—memang—sangat tidak enak, Bu.
pun saat kembali pulang pada rumah yang bukan rumah. semua semakin rumit rasanya.
apakah sedikit saja tidak ada rasa bahagia yang dititipkan lagi kepada tubuh penuh lumpur ini, Bu?.
apakah salah satu harap besarnya tidak akan terwujud lagi, Bu?
berjalan disini sangat berat.
saat-saat perlu bicara tetapi terpaksa bungkam. atau saat bisa menjadi ingin tetapi terhalang rantai tak kasat mata, ini sungguh berat kenyataannya.
kata orang memang mudah. mendapati semuanya terlihat baik-baik saja. padahal didalamnya hancur dan tak tahu harus kemana. maka, bolehkah aku menangis sebentar saja?
atau ... mungkin sedikit lebih merepotkan, bolehkah tubuh ini menangis sembari memelukmu sebentar selagi rasa tidak kuat itu muncul dan membunuh perlahan dalam diam, Bu?
ringkih ini berharap sungguh. pada harap berbicara dengan cakrawala yang semakin membuat gaduh.
Komentar
Posting Komentar