Vas, malam-malam ini terasa berat. Jalanan yang kulalui sedikit gelap dan tak berperasaan. Rambunya pun kadang hijau atau merah tiba-tiba. Aku kadang berhenti dan hampir tertabrak, Vas. Namun, tidak berhenti begitu saja ketika darah keluar dari kulit yang tergores aspal, maka keping-keping kesakitan mana yang ikut lebur, Vas?
Telepon ini kubuat lagi, kali ini dengan sedikit senyum yang dipaksakan dan sedikit air yang mengintip di sudut mata, bergerak ingin turun begitu saja. Vas, kupikir semuanya akan mudah, jikalau tidak, mungkin, cukup lancar saja. Namun, yang katanya emas, kurasa aku belum bisa mendeskripsikannya. Terlalu abstrak, Vas. Bahkan, jika di mataku dia adalah lingkaran, mulutku akan tetap berkata dia tak berbentuk, Vas.
Vas, dunia ini apakah kejam?
Namun, Vas, jika memang kejam bukankah setiap hal ada yang katanya alasan?
Alasan itu aku coba memahaminya. Dengan terseok atau merangkak, dengan sombongnya aku mengatakan akan menempuhnya. Namun, Vas, ini semua ... berat.
Aku lihat semuanya semakin kabur, Vas. Kemana jalan yang tadinya kutempuh? Kemana arah yang seharusnya aku kayuh?
Mungkin ke barat, sedikit miring dan bertemu semak belukar lalu sebuah bangunan dan pohon besar. Katanya, orang-orang pakai itu untuk menyatakan kepada yang terkasihnya. Namun, Vas, bagaimana jika yang kutemui hanya sebatas tanah kosong saja?
Balairung memang menciptakan interaksi. Senyum, tertawa, menangis, malu atau sedih, ruang itu seperti angin segar bagi orang-orang yang perlu imajinasi.
Dalam gaduh balairung itu, apakah ada yang masih tetap berduka, Vas? Atau, sekedar merasa ditinggalkan dirinya?
Tidak ada yang bisa diharapkan dari orang yang menutup mata dan telinga mereka. Menginjak dengan sengaja dan berpura-pura meminta maaf atas apa yang dia benar-benar lakukan.
Mungkin, setiap orang punya alasan dan aku pikir, kita tidak perlu terlalu memikirkannya, bukan? Hidup dengan belenggu ujaran orang lain hanya akan membuat kita semakin kerdil.
Maka, Vas, dunia ini berputar-putar dalam ribuan mil waktu. Ketika detik berganti, papan kehidupan juga berpaling. Mereka berjalan semakin jauh. Pun, semakin dekat dengan tubuh yang berdiri di ujung batu. Namun, Vas, boleh aku harapkan satu hal selain itu?
Jika aku jatuh dari batu ini, bolehkah aku pinjam tanganmu sebentar untuk sekadar berdiri?
Komentar
Posting Komentar