malam, Vas
aku hanya sedang penasaran, apa semua tulisanku kamu baca? atau setidaknya... salah duanya? atau kalau masih keberatan, salah satunya? atau... sepenggal kalimatnya?
aku baru mendengarmu mengatakan bahwa mawar hitam adalah simbol luka keabadian. tapi, tidakkah itu terlalu metafora untuk kisah kita yang hanya sekedar temu saja?
kadang, kalimatmu memang membingungkan. maaf.
bagaimana luka bisa abadi jika hatimu yang diatas sana sudah disuap sembunyi-sembunyi?
aku mendengar bulan bernafas malam ini. lalu angin membawa nama-nama yang pernah kuserahkan pada langit kembali. jika begitu, apa aku harus meraihnya dan menguburnya di dalam tanah, begitu?
yang sebelumnya berada di langit, harus ditanam seakan benar-benar sudah mati?
kejam sekali kamu.
ketika daun tumbuh tanpa musim gugur, siapa yang akan membawanya menari diatas atmosfer bumi yang begitu sejuk?
aku hanya penasaran.
bagaimana jika aku tidak benar-benar kembali?
kamu mungkin berjalan diatas sulur rapuh membawa namaku dengan lentera tanpa cahaya, tapi bukankah... kamu hanya akan diam saja seperti biasanya?
aku hanya penasaran,
sekali lagi, apa tulisanku—yang kuanggap sebagai jurnal retoris—pernah kamu baca, Vas?
karena ... ada begitu banyak bait 'kamu' yang aku lukis disana.
Komentar
Posting Komentar