Langsung ke konten utama

Postingan

Malam ini, pukul 12.

 Sedari kecil, aku memeluk diriku sendirian. Ramai. Tapi mungkin hanya di permukaan. Saat jantungmu terluka dan dirimu tak bisa menyembuhkan sendirian, maka akan dibiarkan tetap menganga, kan?  Kurasa, aku baru melewatinya kemarin senja.  Berjalan tanpa beban di pematang sawah. Agak tinggi seperti bukit. Kukira, ini gambaran pendakian yang sering dibicarakan orang-orang ya?  Lalu, waktu berlalu seperti sinar kamera. Cepat sekali sampai setiap malam harus tidur dibawah atap orang luar.  Kadang-kadang, aku bertanya, apa yang sebenarnya dicari?  Dunia tanpa satu orang akan tetap berjalan. Koordinatnya tak akan berubah, kan?  Lantas, kenapa tetap terburu-buru dan melahirkan harapan berupa mimpi berkontribusi setidaknya untuk orang-orang yang menunggu di rumah?  Ketika masa putih biru, aku mulai merancang masa depan. Kupikir, harus tetap fokus seperti itu agar tetap berjalan. Namun, tidak ada yang memberitahuku setidaknya sesuatu tidak harus berjalan d...
Postingan terbaru

Katanya, "Semangat, ya!" Perlu Sedikit ke Barat

 Vas, malam-malam ini terasa berat. Jalanan yang kulalui sedikit gelap dan tak berperasaan. Rambunya pun kadang hijau atau merah tiba-tiba. Aku kadang berhenti dan hampir tertabrak, Vas. Namun, tidak berhenti begitu saja ketika darah keluar dari kulit yang tergores aspal, maka keping-keping kesakitan mana yang ikut lebur, Vas?  Telepon ini kubuat lagi, kali ini dengan sedikit senyum yang dipaksakan dan sedikit air yang mengintip di sudut mata, bergerak ingin turun begitu saja. Vas, kupikir semuanya akan mudah, jikalau tidak, mungkin, cukup lancar saja. Namun, yang katanya emas, kurasa aku belum bisa mendeskripsikannya. Terlalu abstrak, Vas. Bahkan, jika di mataku dia adalah lingkaran, mulutku akan tetap berkata dia tak berbentuk, Vas.  Vas, dunia ini apakah kejam?  Namun, Vas, jika memang kejam bukankah setiap hal ada yang katanya alasan?  Alasan itu aku coba memahaminya. Dengan terseok atau merangkak, dengan sombongnya aku mengatakan akan menempuhnya. Namun, Va...

Vas, selamat malam. jurnalku sudah kamu baca, kan?

malam, Vas aku hanya sedang penasaran, apa semua tulisanku kamu baca? atau setidaknya... salah duanya? atau kalau masih keberatan, salah satunya? atau... sepenggal kalimatnya?  aku baru mendengarmu mengatakan bahwa mawar hitam adalah simbol luka keabadian. tapi, tidakkah itu terlalu metafora untuk kisah kita yang hanya sekedar temu saja?  kadang, kalimatmu memang membingungkan. maaf.  bagaimana luka bisa abadi jika hatimu yang diatas sana sudah disuap sembunyi-sembunyi?  aku mendengar bulan bernafas malam ini. lalu angin membawa nama-nama yang pernah kuserahkan pada langit kembali. jika begitu, apa aku harus meraihnya dan menguburnya di dalam tanah, begitu?  yang sebelumnya berada di langit, harus ditanam seakan benar-benar sudah mati?  kejam sekali kamu.  ketika daun tumbuh tanpa musim gugur, siapa yang akan membawanya menari diatas atmosfer bumi yang begitu sejuk?  aku hanya penasaran.  bagaimana jika aku tidak benar-benar kembali?  ka...

di Ujung Jungkit Pisau Dua Mata; Seni Adalah Hidup, Vas

duh, kupikir ketika melangkah ke sini berdebu sekali. serpihan memori membuat batukku timbul. tulis beraneka bentuk itu membuat mataku kabur.  Vas, kupikir, malam-malam begini enak kali, ya, menggalau perihal diriku yang dulu? sebab sudah terlalu lama daging ini mengeras menjadi batu. pun, tak ayal pikirnya terbelenggu.  banyak yang ingin kuceritakan selama setahun ini, Vas.  mulai dari pagiku yang selalu unik, antre kamar mandi, dan pergi berkelana mencari madu (yang katanya penuntut ilmu). tapi, Vas, di tengah-tengah, banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku. tentang; kenapa, ya, aku terlalu mudah memberikan kasih pada mereka yang bahkan berpaling ketika kumintai raih? bagaimana bisa kuberikan jerih pada mereka yang bahkan tidak peduli pada ada tidaknya daging penuh lumpur ini?  pada hal yang setiap hari dicoba diraih, aku tenggelam dalam lubang cantik tapi mengerikan, Vas.  kulihat, tidak ada yang mau barang sekedar melihat apakah makhluk ini masih hi...

Bah, Badebah!

Bah! kudengar ada yang anarkis disana Mengarung membelah massa Atau berjibaku dengan aturan dadakan Yang tiba-tiba membantingnya tanpa perasaan Dia tidak tahu apa-apa Matanya plonga-plongo menatap sekelilingnya Sejenak, dia meneguk ludah Ah, begini rasanya dikelilingi orang-orang besar?  Bah! Kudengar di ujung timur sedang panen buah Manis legit tapi sedikit pahit Maka, yang dari barat tergopoh berjalan Mengetuk pintu dan Tuan rumah mengucap selamat datang Ah, situasi yang sama Dia terjerembab karena kaki jenjang yang menjegalnya Cih, wajahnya bahkan sudah murka Tapi, seonggok yang berdiri didepannya ternyata galak Galak sekali seperti anjing penjaga sel penjara Oh, Bah!  Ketakutan apa yang sedang dia pikirkan?  Aturan apa yang coba ia tegakkan?  Bahkan jika pada Tuhan....  dia mampu berjalan riang  meninggalkan sajadah merah yang tergelar mewah